Sabtu, 01 November 2014

Muharram, Bulan Mulia Merajut Niat

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد الله  اللهم صل و سلم على سيدنا محمد الفاتح لما اغلق و الخاتم لما سبق ناصر الحق بالحق و الهادي الى صراتك المستقيم و على اله و صحبه حق قدره و مقداره العظيم


Sahabatku yang kucintai...
Hari demi hari terus kita lalui, tak terasa umur semakin berkurang. Tak terasa kita telah memasuki bulan suci Muharram tahun 1436 Hijriyah. Gembirakah hati kita merasakan pertambahan usia ini? Atau sedih merasakan hakikat umur yang semakin berkurang? Atau mungkin hati kita sudah terlanjur mengeras tak bisa merasa berbagai suratan dan peringatan Ilahi? 
Melalui tulisan ini, saya mencoba mengajak sahabat-sahabat sekalian menyusun mozaik hikmah pergantian tahun ini. Sedikit demi sedikit. Serpihan demi serpihan. 
Bismillah... 
Sebenarnya, momen pergantian tahun ini bukan pada seremoni perayaannya saja, tapi pada perubahan diri kita. Apakah semakin dewasanya umur berbanding lurus dengan bertambahnya perbaikan diri? Tak perlu kiranya saya me-muhasabah-i orang lain, toh saya juga tak lebih baik dari para sahabat. Tapi, satu hal yang perlu kita ketahui bersama, bahwa kita mempunyai Tuhan yang menilai semua amal dari isi hati. Ketulusan niat dan bulatnya tekad. Bukankah Sang Panutan kita pernah memberi wasiat :

انما الاعمال بالنيات و انما لكل انرء ما نوى

Sesungguhnya amal perbuatan seseorang tergantung dari niatnya. Dan ganjaran dari Allah kepada seseorang sesuai dengan apa yang dia niatkan.” 
Niat untuk berubah menjadi lebih baik. Awalan yang menentukan apakah setahun mendatang kita kan digolongkan sebagai hamba yang senantiasa berlari menuju kebaikan, atau malah sebagai manusia yangstagnan dalam keadaan buruknya. Niat yang tulus mengubah diri adalah anak tangga pertama yang mutlak kita harus pijak demi sebuah perubahan. Al Habib Ali Al Habsyi dalam nasehatnya mengatakan, “aku bangga dengan sahabatku Ahmad Ali Makarim. Beliau menulis di kertas segala amal ibadah yang beliau niat dan bertekad untuk melakukannya. Dalam niat yang beliau tulis beliau katakan, hari ini aku berniat dan bertekad akan mengerjakan solat dhuha, aku berniat dan bertekad akan bersedekah, aku berniat dan bertekad akan membantu orang yang kesusahan dan seterusnya. Niat yang beliau tuliskan, beliau gantung di depan pintu rumahnya. Sehingga setiap hari ketika akan pergi ke pasar untuk bekerja, sebelum keluar rumah beliau membaca niat tersebut. Apapun dari niat dan tekad yang mampu beliau kerjakan maka beliau kerjakan dengan sebaik-baiknya, dan yang tidak mampu beliau kerjakan maka sudah ditulis pahala dan ganjarannya oleh Allah Ta’ala sebagaimana yang disabdakan oleh baginda Nabi Muhammad SAW.”
Sahabat....
Hal semacam ini dapat kita contoh khususnya saat memulai dan membuka kehidupan kita ditahun ini. Apa yang akan kita lakukan dari kebaikan? Apa niat dan tekad kita dalam berjuang di jalan Allah? Raihlah derajat tinggi di sisi Allah dengan mudah, dengan niat dan tekadmu, dengan semangat besarmu.
Sahabat....
Jangan lupa, dihari ‘Asyura esok kita dianjurkan untuk berpuasa. Tahniah (ucapan selamat) atas bukti tekad kita yang ulat untuk menjadi semakin baik. Bukan malah sebaliknya, sebagai takziyah (ucapan duka) atas kelalaian pertama kita ditahun ini. Dalam riwayat disebutkan, ketika Rasulullah SAW berhijrah ke Madinah, beliau mendapati orang-orang yahudi penduduk Madinah berpuasa di hari ‘Asyura, maka beliau bertanya kepada mereka tentang puasa ‘Asyura yang mereka lakukan, dan mereka menjawab bahwa dihari ‘Asyura Allah menyelamatkan Nabi Musa As dari kejaran Fir’aun dan mereka berpuasa untuk merayakannya. Maka Rasulullah SAW bersabda, “sungguh yang lebih berhak terhadap Nabi Musa adalah kami (dari pada kalian)”. Maka beliau memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa di hari ‘Asyura, sebagaimana beliau juga menganjurkan untuk berpuasa juga dihari sebelumnya yaitu hari Tasu’a.
Lihatlah sahabat....
Bukankah ini nasihat halus dari Allah, janji yang pasti bahwa keselamatan dari berbagai keburukan adalah hal pasti bagi mereka yang berlari menuju-Nya. Di hari ‘Asyura kita dianjurkan untuk memberikan perhatian lebih untuk anak-anak yatim, mengusap kepala mereka dengan penuh kasih sayang karena setiap helai rambut yang dilalui oleh tangan kita merupakan penghapusan dosa-dosa oleh Allah. Membagi kebahagiaan kita, sebab puncak kebahagiaan kita yang hakiki adalah saat kita bisa membahagiakan orang lain. Bersabda Rasulullah Saw :

انا وكافل اليتيم كهاتين في الجنة

Aku dan pengasuh anak yatim seperti ini di surga. Dan beliau mendempetkan jari telunjuk dan jari tengahnya.”
Mudah-mudahan Allah memberikan bagi kita kesempatan kita tuk berubah dan menjadikan kita manusia yang diterima taubatnya, Amin Ya Rabbal Alamain.

وصلى الله على سيدنا محمد و اله و صحبه و التابعين و اخر دعوانا ان الحمد لله رب العالمين